Tambang di Hulu, Derita di Hilir: Kali Muria Kembali Tercemar
Ternatehariini – Warga di tiga desa di Kecamatan Wasile, Kabupaten Halmahera Timur, kembali resah setelah air Kali Muria yang menjadi sumber kehidupan mereka berubah warna menjadi kecoklatan seperti lumpur.
Perubahan warna air ini diduga kuat akibat aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh PT ARA dan PT JAS di wilayah hulu sungai.
Pantauan di lapangan, Minggu 26 Oktober 2025, air Kali Muria yang mengalir ke Desa Bumi Restu, Mekar Sari, dan Batu Raja tampak keruh pekat. Warga menilai kondisi ini bukan pertama kali terjadi sejak kedua perusahaan tambang tersebut mulai beroperasi.
“Sungai Kali Muria ini sumber kehidupan kami. Dari bendungan di sungai inilah air dialirkan ke irigasi dan dibagi ke beberapa desa,” kata Ikram Taib, tokoh pemuda Desa Batu Raja, kepada Ternatehariini.com
Ikram menjelaskan, setiap kali hujan turun, air sungai membawa lumpur pekat dari arah hulu, menimbun lahan pertanian dan merusak irigasi warga. Akibatnya, sejumlah petani mengalami gagal panen dan sebagian lahan kini tak bisa digarap lagi.
“Sudah dua kali banjir lumpur terjadi. Dampaknya luar biasa — ada yang gagal panen, ada pula lahan yang tak bisa digarap lagi,” ungkapnya.
Ia mendesak Pemerintah Daerah Halmahera Timur untuk tidak hanya memberikan teguran administratif kepada pihak perusahaan, melainkan turun langsung meninjau dan membantu warga yang terdampak.
“PT JAS dan PT ARA harus bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan dan kerugian masyarakat. Pemerintah tidak boleh menutup mata,” tegas Ikram.
Selain itu, ia juga mengajak generasi muda di Halmahera Timur untuk aktif mengawal isu lingkungan di daerah mereka.
“Pemuda tidak boleh hanya menonton. Kita harus bersatu mengawasi aktivitas tambang yang merusak ini. Jangan biarkan air kehidupan kita dirampas,” ujarnya.







