Protes Pemutaran Film Dokumenter Ngomi O Obi, WALHI Malut bersama Warga: Yang Mengalir di Kawasi Adalah Malapetaka!
Ternatehariini – WALHI Maluku Utara bersama perwakilan warga Kawasi menggelar aksi protes di Studio 6 XXI Jatiland Mall Kota Ternate, saat acara pemutaran film dokumenter berjudul Ngomi O Obi yang diproduksi oleh TV Tempo dan PT Harita, pada 14 Juli 2025 sekitar pukul 16.30 WIT.
Enam peserta aksi yang mengikuti jalannya pemutaran film dan diskusi ini kemudian mengajukan interupsi pada moderator, seraya membentangkan spanduk dan poster yang membantah semua klaim di dalam film itu.
Aksi protes ini berangkat dari muatan kampanye dalam film dokumenter tersebut yang tidak menyajikan fakta penghancuran tata sistem sosial-ekologis yang terjadi di Kawasi hari ini. Film dokumenter itu tidak lebih sebagai alat propaganda “kebaikan” korporat cum oligarki yang dibungkus dengan mitos-mitos seputar kemajuan dan pembangunan.
“Padahal kenyataan di lapangan berbanding terbalik. Pihak perusahaan secara leluasa menggusur hutan dan lahan perkebunan warga serta diduga kuat mencemari wilayah udara dan laut,” ungkap Mubalik Tomagola, Perwakilan WALHI Maluku Utara.
PT Harita yang beroperasi di bawah panji PSN ini, bahkan mendapatkan hak untuk merelokasi kampung tua, Kawasi, ke kawasan Eco village yang didesain modern dengan fasilitas kebutuhan dasar, seperti air dan listrik.
Meski demikian, masih banyak warga Kawasi yang menolak direlokasi dan memilih bertahan hidup di kampung mereka, di tengah kemendesakan krisis ekologis.
Mubalik mengatakan, pulau Obi merupakan daerah yang terisolasi dari akses informasi dan transportasi. Setiap orang yang bertamu ke Desa Kawasi, diwanti-wanti dan diinterogasi oleh aparat keamanan yang bertugas mengamankan perusahaan. Warga yang melakukan perlawanan terhadap perusahaan diintimidasi dan dikriminalisasi sekehendak hati mereka. Bencana ekologis seperti banjir lebih sering terjadi. Fakta-fakta tersebut, tentu saja tidak ditampilkan di dalam film dokumenter ini.
“Inilah yang mendorong aksi protes dilakukan oleh WALHI Maluku Utara dan perwakilan warga Kawasi,” tegasnya.
Aksi yang berlangsung selama kurang lebih 10 menit ini, kemudian berhasil dibubarkan setelah, sebelumnya diwarnai dengan ketegangan dan sahut-sahutan, antara peserta aksi dengan pihak penyelenggara.
Pada malam harinya, sekitar pukul 23.45 WIT, terdapat lima orang yang diduga intel dari Brimob Polda Maluku Utara mendatangi Kantor WALHI Maluku Utara. Mereka menanyakan tujuan dari aksi protes yang digelar sebelumnya. Namun karena kedatangan mereka sudah di luar jam kantor, bahkan hampir tengah malam, maka teman-teman WALHI Maluku Utara meminta mereka untuk pergi dan kembali pada jam kantor.
“Perdebatan pun terjadi antara intel-intel yang bertemu dengan tuan rumah WALHI Maluku Utara. Pihak intel Brimob Polda Maluku Utara bicara soal adab dan etika menerima tamu, tapi mereka sendiri yang katanya hanya datang bertamu justru di luar jam kantor dan hampir lewat tengah malam,” jelasnya.
Mubalik menyebutkan, kedatangan intel Brimob Polda Maluku Utara ke Kantor WALHI Maluku Utara ini tentu saja bertujuan untuk mengintimidasi dan memberikan tekanan pasca aksi protes yang digelar sore sebelumnya, serta sebagai upaya meredam aksi protes serupa di acara pemutaran film Ngomi O Obi di Gedung Rektorat Universitas Khairun keesokan harinya. Hal ini diketahui melalui laporan PS. Kasi Intelmob Polda Maluku Utara ke Dansat Brimob Polda Maluku Utara yang tersebar melalui aplikasi pesan WhatsApp.
Film Ngomi O Obi ini, juga dilakukan di Lantai 4 Gedung Rektorat Universitas Khairun. Penjagaan dan pengamanan diperketat. Tidak cukup dengan penjaga keamanan kampus, puluhan intel ikut berjaga.
“Teman-teman WALHI Maluku Utara dan perwakilan warga Kawasi tidak diberikan akses untuk masuk. Meski begitu, aksi protes tetap dilakukan di luar gedung rektorat dan dipaksa-bubarkan 15 menit kemudian. Selain itu, mahasiswa yang berhasil masuk dan membentangkan poster juga mendapatkan kekerasan saat diusir keluar dari lokasi kegiatan. Kancing kemeja korban sampai lepas dan bahu kirinya tergores,”
Olehnya itu, WALHI Maluku Utara bersama warga Kawasi menuntut:
- pihak Brimob Polda Maluku Utara untuk menghentikan upaya intimidasi mereka terhadap ruang demokrasi kami;
- Kapolda Maluku Utara untuk mengevaluasi dan menindak anggotanya yang merespons situasi dengan cara-cara yang tidak dapat dibenarkan;
- pihak keamanan yang melakukan kekerasan terhadap mahasiswa peserta diskusi di Universitas Khairun untuk bertanggung jawab atas tindak kekerasannya;
- pihak TV Tempo, PT Harita, dan akademisi/kampus terkait untuk menghentikan kampanye pembodohan publik atas apa yang terjadi di Pulau Obi melalui film dokumenter Ngomi O Obi;
- pemerintah untuk melakukan audit menyeluruh secara independen dan terbuka terhadap praktik pertambangan di Pulau Obi.







